Jakarta, SUARABUANA.com – Moda transportasi umum dipercaya menjadi salah satu obat cespleng untuk kemacetan kota. Ilmuwan Berkeley misalnya, menemukan bahwa pengurangan kemacetan akibat ketersediaan transportasi publik di Los Angeles Amerika Serikat setara nilai 1,2 – 1,4 miliar dolar per tahun. Di tanah air, Direktur Operasi dan Keselamatan TransJakarta, Daud Joseph, menyebut rata-rata penumpang Trans Jakarta per Agustus 2023 mencapai 1 juta per hari. Jika diasumsikan satu mobil pribadi diisi dua penumpang, maka TransJakarta mampu memangkas 550.000 mobil yang beroperasi saban hari.
Pakar logistik Dr. Eng. Iwan Sukarno, ST., M.Eng.,CLIP, menguatkan hal tersebut. “Dalam ilmu logistik, kami mempelajari mengenai konsep perpindahan yang meliputi jarak, waktu tempuh, permintaan dan perilaku dalam berpindah. Sehingga TransJakarta menjadi transportasi umum yang cukup efektif dalam membawa penumpang dengan pertimbangan banyak menjangkau titik pemberhentian dan biaya yang relatif murah,” ujar Iwan yang merupakan lulusan Toyohashi University of Technology, Jepang.
Pasca Covid-19, penumpang TransJakarta mengalami lonjakan yang signifikan. Namun keterbatasan armada bus berdampak penumpang mesti menunggu bus dalam waktu yang tak tentu. Persoalan ini membawa Mahasiswa Teknik Logistik Universitas Pertamina (UPER), Faris Dwi Subagsar, merumuskan solusi berupa simulasi penjadwalan transportasi TransJakarta.
Faris menggunakan skema penjadwalan dengan menggunakan metode simulasi diskrit dengan bantuan software Promodel, untuk mengurangi waktu tunggu TransJakarta agar menghindari penumpukan penumpang.
“Penelitian ini bermula saat saya merasa perjalanan saya selama menggunakan transportasi massal seperti transjakarta cukup memakan waktu yang lama sehingga terjadi penumpukan penumpang. Pada akhirnya hal ini menjadi motivasi saya untuk meneliti mengenai efisiensi rute TransJakarta untuk mempersingkat waktu tunggu,” ujar Faris.
Simulasi diskrit merupakan metode yang digunakan untuk memodelkan dan menganalisis sistem berdasarkan kejadian diskrit. Dalam simulasi tersebut melibatkan sejumlah komponen yaitu rute TransJakarta dan pengguna layanan bus. Riset Faris yang mempertimbangkan faktor jarak, waktu tempuh dan permintaan penumpang berhasil meningkatkan efisiensi TransJakarta.
“Pada mulanya penumpang TransJakarta harus menunggu sekitar 23 menit, kondisi ini terbilang cukup lama. Hasil simulasi diskrit menghasilkan skenario terbaik yang mengurangi waktu tunggu menjadi hanya 10,4 menit. Dengan kedatangan bus tiap 3 menit sekali, maka diperlukan 42 unit bus gandeng dan 31 unit bus gandeng kosong,” jelas Faris.
Hasil riset Faris menarik perhatian pemerintah DKI Jakarta khususnya pengelola TransJakarta. Mereka telah bertemu untuk membahas peluang kerja sama dalam upaya peningkatan pelayanan melalui efisiensi waktu tunggu penumpang.
Rektor UPER, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, MS., menyebut riset Faris dimungkinkan karena kurikulum UPER yang sejalan dengan kebutuhan industri untuk mengatasi permasalahan nyata. “UPER memberikan pengajaran berdasarkan kurikulum yang telah dibentuk bersama industri. Dibimbing oleh dosen ahli dan praktisi, UPER juga menggelar proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dalam riset yang menjawab permasalahan secara nyata,” jelas Prof. Wawan.
Saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di Universitas Pertamina. Universitas Pertamina membuka jalur masuk melalui beberapa kategori seperti Jalur Tes Tertulis, Jalur Tes Nilai Rapor serta Seleksi Berdasarkan Nilai SNBT. Untuk informasi selengkapnya dapat mengakses melalui laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id/