Jakarta, SUARABUANA.com – Masyarakat dibuat heboh dengan gangguan layanan perbankan hingga isu kebocoran data PT Bank Syariah Indonesia, Tbk (BSI). Bahkan, disebut-sebut gangguan ini disebabkan karena adanya serangan siber oleh kelompok hacker LockBit 3.0.
Pembahasan Serangan ransomware yang menimpa sistem Bank Syariah Indonesia (BSI) telah mencuri perhatian praktisi keamanan cyber di seluruh Indonesia.
Sendy Marlen, seorang praktisi keamanan cyber yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Pamulang Dalam keterangan pers Selasa 16/05/2023 menyampaikan keprihatinannya atas informasi serangan ransomware yang melanda sistem Bank Syariah Indonesia. Ia menekankan pentingnya kesadaran akan ancaman cyber dan perlunya tindakan proaktif dalam melindungi sistem informasi perbankan.
Ransomware merupakan jenis perangkat lunak berbahaya (malware) yang dirancang untuk mengunci atau mengenkripsi file penting di dalam sebuah sistem komputer dan meminta tebusan (ransom) kepada perusahaan agar file tersebut bisa dikembalikan atau di buka kembali aksesnya.
Ransomware biasanya menyerang sistem dengan cara memanfaatkan kelemahan keamanan, melalui email phishing, atau dengan menyusup melalui situs web yang terinfeksi, serta dengan cara menyisipkan file palsu yang didalamnya sudah di tanam perintah kerja dari pembuat.
Setelah ransomware berhasil mengenkripsi file, biasanya akan muncul pesan tebusan yang menuntut untuk di bayar dalam bentuk mata uang digital, seperti Bitcoin, sebagai imbalan pemulihan atau pembukaan akses data. Pesan tersebut sering kali mengancam akan menghapus data atau menyebarkan data jika tebusan tidak dibayar dalam waktu tertentu.
Ransomware dapat menyebabkan kerugian yang signifikan sekali, baik secara finansial maupun operasional sebuah perusahaan, bagi individu, atau organisasi yang menjadi korban. Beberapa ransomware juga dapat menyebar melalui jaringan lokal, menginfeksi sistem lain dalam jaringan yang sama.
Sendy menyampaikan Ketika perusahaan atau organisasi menghadapi serangan ransomware, langkah pertama yang harus diambil adalah melaporkan insiden tersebut kepada otoritas keamanan cyber yang berwenang. Hal ini penting agar langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk menangani serangan tersebut dan mencegah kerugian lebih lanjut,” kata Sendy Marlen
Serangan ransomware yang menimpa Bank Syariah Indonesia menjadi pembelajaran bagi seluruh lembaga keuangan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan siber dalam menjalankan operasinya.
“Jangan hanya menjadikan audit keamanan siber sebagai formalitas semata, tetapi jadikan keamanan siber sebagai prioritas utama dalam bisnis perbankan,” ujar Marlen.
Marlen menekankan bahwa lembaga keuangan harus memastikan bahwa semua sistem keamanan siber mereka berjalan dengan baik dan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan teknologi dan ancaman keamanan siber yang semakin canggih.
“Keamanan siber harus menjadi prioritas utama dalam bisnis perbankan. Seluruh lembaga keuangan harus memastikan bahwa sistem keamanan siber mereka berjalan dengan baik dan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan teknologi dan ancaman keamanan siber yang semakin canggih,” tambah Marlen
Sebagai praktisi keamanan cyber, Sendy Marlen juga menawarkan bantuan dan saran kepada BSI serta institusi lainnya yang mungkin mengalami serangan serupa di masa depan. Ia menekankan pentingnya mengembangkan rencana pemulihan bencana dan melakukan simulasi serangan sebagai langkah persiapan.
Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua Umum IKATAN Keluarga Alumni Universitas Pamulang, Tanggap Sendy Marlen mengajak seluruh alumni untuk meningkatkan pemahaman tentang ancaman cyber dan berperan aktif dalam mendukung keamanan sistem informasi serta mengusulkan agar universitas dan lembaga pendidikan lainnya mengintensifkan program pelatihan dan pendidikan terkait keamanan cyber kepada mahasiswa.
Terkait informasi Serangan ransomware yang menimpa sistem Bank Syariah Indonesia (BSI) PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memastikan data dan dana nasabah dalam kondisi aman sehingga nasabah dapat bertransaksi secara normal dan aman. Hal ini sehubungan dengan isu yang berkembang mengenai adanya kebocoran data yang diakibatkan serangan siber dari pihak tidak bertanggung jawab.
“Kami berharap nasabah tetap tenang karena kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami juga akan bekerjasama dengan otoritas terkait dengan isu kebocoran data,” kata Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo.(Red)