Makasar, SUARABUANA.com – Lie Tjeng Yan (almarhum) adalah pendiri dan ketua dari Kesenian Ilmu Silat Indonesia (KISI) di Makassar. Seni beladiri tersebut kemudian dikembangkan oleh salah satu muridnya yang bernama Tata Supu di jln. Lembo, Jalaria, Kota Makassar.
Tata Supu (almarhum) saat itu diketahui merupakan salah satu murid kesayangan dan anak angkat dari Lie Tjeng Yan saat menetap di Jalan Cepa, Makassar.
Lie Tjeng Yan (1889-1972)
Terkenal sebagai Grand Master Kungfu Tao Kun Neijia Quan (internal) di Indonesia. Lie Tjeng Yan adalah Penerus Kungfu Tiongkok Zhen Thaykekkun-HengIekoan-Patkwaciang Sistem Li-Wang.
Ilmu beladiri Lie Tjeng Yan mencapai tingkat ilmu batin atau sering disebut Liok Hap (enam keselarasan) dan pada akhirnya mecapai tingkat hawa sebagai kemudi (Yi Quan).
Lie Tjeng Yang mulai mengajarkan Kungfunya di Makassar pada 1940 silam, kemudian ke Surabaya dan kembali ke Makassar, wafat di Makassar pada 1972.
Murid-muridnya tersebar di seluruh Indonesia, Belanda dan negara lainnya, dan murid-murid tersebut adalah generasi pelanjut dalam mengajarkan kungfu ini.
Kungfu ini adalah Kungfu Nei Jia Quan (Lay Kee Koan) dengan Tiga bagian, yaitu Tai Ji Gong (Thay Kek Kun), Xin Yi Quan (Heng Ie Koan), dan Ba Gua Zhang (Pat Kwa Ciang).
Ketiganya adalah perwujudan dari perilaku benar sesuai ajaran Tuhan (Thian Tee Kun Cin Su) dengan mengikuti kehendak penguasa alam semesta (Thian Tay Jin) sebagai keyakinan.
Kungfu ini menggunakan esensi batin (inner essence) yang mengalir secara wajar yang disebut Sistem Li-Wang dengan dorongan lima unsur (Cu Ngo Tui) atas tiga curahan (Sam Koan), yaitu langit, bumi dan manusia.
Pada bagian Taiji Gong diajarkan jurus-jurus pamungkas Sangong Li-Wang Thay Kek dan Jurus 66 Langkah Zhen Taijiquan.
Bagian Xinyi Quan diajarkan jurus-jurus Liugong Li-Wang Xin Yi dan 36 Jurus Seri Zhen Xingyiquan.
Selanjutnya pada bagian Bagua Zhang diajarkan jurus-jurus Jiugong Li-Wang Ba Gua dan 4 kelompok jurus Zhen Baguazhang dengan sistem Li-Wang.
Seorang Fotografer Temui Murid Lie Tjhing Yan
Pada 24-27 Februari 2011, ia untuk pertama kalinya berkunjung ke kota Makassar untuk pemotretan wedding. Saat itu, Fotografer tersebut menerima informasi dari seorang temannya bahwa di Jalan Sungai Saddang ada seorang murid dari Lie Tjhing Yan (1889-1972).
“Hari Jumat 25 Februari siang seusai pemotretan wedding saya mencari Jalan Saddang diantar adik saya,” kata dia.
“Kesan pertama saya ketemu beliau, orangnya ramah (maaf redaksi tidak mencantumkan nama),”
Tidak banyak yang dapat diketahui tentang asal usul Lie Tjeng Yan. Tidak diketahui pasti dari aliran mana ia berasal. Hanya diketahui bahwa keluarga Lie Tjeng Yan ini kebanyakan jago kungfu.
Lanjut dikisahkan, dari rumahnya, Fotografer itu diajak ke tempat latihannya.
“Tempat latihannya bagus, luas dan ada matrasnya karena juga dipakai untuk tempat latihan Aikido. Saya sempat minta petunjuk sedikit dari beliau, kesimpulannya powernya cukup besar. Kebetulan malam harinya ada latihan, jadi saya berjanji akan datang malam harinya,” lanjut dia bercerita.
Malam harinya ia pun datang ke tempat latihan. Tidak banyak yang berlatih, hanya dua orang.
“Seperti kebanyakan kungfu tradisional, latihannya agak tertutup, tidak banyak orang yang tahu. Gerakan Thay Kek ini pendek dan lengket. Gerakan dari Thay Kek ini terlihat mirip dengan Xing Yi Quan. Pendek, lengket dan mematikan. Kungfu Thay Kek ini banyak dipelajari kalangan Chinese Makassar,” pungkas dia.
Lie Tjeng Yan Ditantang Master Kungfu dari Singapura
Pada tahun 1930-an, ada seorang master kungfu dari Singapura bernama Wong Yang Kun.
Saat itu, dia berkoar bahwa di Indonesia tidak ada master kungfu yang hebat. Wong Yang Kun ini perawakannya tinggi besar dan kuat. Pernyataan itu sontak menimbulkan reaksi di kalangan pendekar di kota Makassar.
Akhirnya dipilih Lie Tjeng Yan untuk menghadapinya, hingga dibuatkan panggung pertarungan untuk kedua pendekar tersebut.
Pada hari yang sudah ditentukan, Wong Yang Kun naik ke atas panggung. Di atas panggung dia memamerkan kekuatannya dengan meremas botol wine hingga pecah (botol saat itu cukup tebal).
Sedangkan Lie Tjeng Yan saat itu hanya berjalan santai menaiki panggung tanpa ada demonstrasi apa pun.
Lie Tjeng Yan Taklukkan Wong Yang Kun
Wong Yang Kun mulai menyerang. Begitu Wong Yang Khun memukul Lie Thing Yan, tiba-tiba saja Wong Yang Kun jatuh dengan luka di ulu hatinya sehingga tidak dapat meneruskan pertandingan dan pulang ke negaranya.
Dua minggu kemudian Wong Yang Kun meninggal dunia akibat luka yang dideritanya.
Kisah ini dicatat oleh Lim Ke In yang kelak meneruskan ilmu ini di Surabaya.
Lie Tjeng Yan Menganut Aliran Tao?
Kepada murid Lie Tjeng Yan ini, banyak kalangan sempat bertanya, apakah dalam Thay Kek ini ada ilmu gaibnya (dikabarkan aliran Tao).
Dikisahkan, Lie Tjeng Yan dahulu pernah mencoba melubangi tanah tempat latihan dengan jarinya, namun hal itu tidak berhasil.
Ia pun akhirnya mengambil dupa dan asapnya diputar putar mengelilingi jarinya.
Setelah itu, Lie Tjeng Yan berkata powernya sudah datang. Lalu jarinya ditusukkan ke tanah, ajaibnya tanah yang keras karena dipakai berlatih itu berlubang.
Sekadar dikerahui, di dalam dunia kungfu ada teknik pernafasan yang disebut Neigong. Sebuah teknik pernafasan dan meditasi yang berhubungan erat dengan ajaran Tao, dan dalam tingkat tertentu berhubungan dengan alam gaib.
Sekarang ini semakin sedikit generasi muda di Makassar yang tertarik untuk belajar kungfu tradisional seperti Thay Kek ini. Sayang sekali kalau ilmu dari Lie Tjhing Yan ini sampai punah dari Sulsel Khususnya di Makassar. Sekarang dunia beladiri banyak didominasi oleh beladiri praktis dari Barat. (Andi Askar)