Jakarta, SUARABUANA.com – Komunikator Christiano Hendra Wishaka bersama Hartono Budisetio dengan pemapar utama Wali Spiritual Eko Sriyanto Galgendu, bertempat di Studio GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia), Jl. Ir. H. Juanda Jakarta Pusat, Sabtu 21 Mei 2022.
Acara zoom metting ini dimulai tepat pukul 19.00 menuju pukul 21.00, dirancang sepenuhnya oleh Andreas Bagio T. Satyanto.
Ayat-ayat buana adalah apa yang dituliskan oleh bumi yang dapat dibaca dalam berbagai isyarat maupun gerak dari bumi yang mampu kita pahami dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenal ayat diri sebagai buah hidup dimulai dari syair satu hati yang memaknai daya hidup adalah biji yang akan menentukan tujuan hidup di kemudian hari memasuki masa dewasa.
Ayat-ayat buana adalah apa yang dituliskan oleh bumi yang dapat dibaca dalam berbagai isyarat maupun gerak dari bumi yang mampu kita pahami dalam kehidupan sehari-hari.
Dokter Chelsin (Dokter Ho) memperoleh pembacaan “Hati Ibu” yang secara tulus bagi semua orang dengan penuh kesejukan.
Acara spesial dari syair ayat-ayat buana ini memang baru pertama ditayangkan. Karena itu, bisa dimaklum jika ada ada kekurangan, kata Eko Sriyanto Galgendu.
Indro Wibowo memperoleh syair tentang ananda. Karena cinta orang tua kepada putra putrinya memang tidak akan terbatas. Meski kemudian hanya hanya setitik do’a dari anak-anak kepada orang tua pasti menjanjikan surga.
Sementara Rocky, mendapat syair paparan cinta kasih seluas Segoro Kidul (Laut Pantai Selatan Jawa) sungguh tidak terbatas. Sebagaimana air adalah pemula dari banyak hal. Sedangkan Ibu Indro, memdapat syair ayat-ayat buana yang menfespresikan tentang apa saja yang diberikan orang tua.
Mahatma sebagai salah satu peserta sempat mengurai nostalgia bersama Eko Sriyanto Galgendu tempat kediamannya di Brumbung. Hingga dia memperoleh persembahan spesial syair “Buah Budi” yang tak lekang oleh waktu. Buah budi akan memberi berkah kepada anak turunan kita, sepanjang waktu selama-lamanya.
Menyusul kemudian Ibu Ailin yang memperoleh syair ayat-ayat buana tentang makna “Pesan” yang tertanam di taman maupun atau kebun akan selalu semerbak mewangi dalam hidup.
Pesan yang diibaratkan sebagai suatu taman itu bisa berwarna warni dan beragam keindahan serta aroma di Taman Sari yang indah dalam bentuk cinta termasuk bahi alam dan sekeliling kita.
Demikian juga Thomas, pada yang pada dasarnya ingin memberikan yang terbaik. Karena itu “Keyakinan Diri” harus dilandasi rasa tanggung jawab. Karena intan yang baik, dimana pun akan memberikan cahaya dan sinarnya keindahan bagi kehidupan.
Tak luout juga syair khusus untuk Romo Sunardjo Sumargono tentang “Pualam Cinta” yang memberikan segala yang terbaik. Dan persebahan khusus do’a dalam bahasa langit.
Lalu Ibu Mery, tentang “Pohon Kehidupan” yang tumbuh dan berbunga dengan sepenuh hati. Karena memang tak ada sesuatu yang patut dicemaskan, seperti pepohonan yang terus bertumbuh dan berkembang. Sebab kelak dia akan menjawab harapan dengan dengan terus berjalan untuk menemukan jalan. Karena dengan terus berjalan kita akan menemukan jalan yang sebelumnya belum ada.
Ada juga Ronald yang tertarik pada bahasa bumi itu sesungguhnya sekedar untuk mengingatkan isyarat yang tertulus, namun telah diungkapkan untuk semua manusia.
Mendapat khusus persembahan syair tentang “Akhir Jaman”. Karena dalam dalam setiap pemahaman bagi setiap anak manusia akan memberi pemaknaan tersendiri.
Peserta lainnya yang mendapat persembahan syair ayat-ayat buana adalah Mas Wiji, berjudul “Do’a Sebuah Hati” bagaikan sebutir biji yang akan timbuh dan berbuah dalam tuntunan cinta. Begitulah mutiara hidup dari Tuhan yang penuh berkah bagi manusia.
Sebagai pamungkas, Eko Sriyanto Galgendu memenuhi permintaan pembawa acara untuk melantunkan puisi “Untuk Negeri Nusantara” tercinta. Permintaan spesial dari host acara Christianon Hendra Wishaka bersama Hartono Budisetio ini menyampul acara yang diproduseri oleh Andreas Bagio T. Satyanto dengan durasi 2 jam seperti yang menjadi program acara perdana pembacaan ayat-ayat bhuana sebagai upaya “Mengenal Ayat Diri Buah Jalan Hidup” seperti yang menyibak sekelumit kisah dari sejumlah peserta wibinar.(JE)