BIMA, suarabuana.com – Banjir yang melanda Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah membangkitkan semangat gotong royong seluruh pihak termasuk Personil Tagana, Pelopor Perdamaian dan SDM PKH.
Tagana membuka dapur umum dan membantu evakuasi korban. Pelopor Perdamaian memberikan layanan dukungan psikososial kepada kelompok rentan dan memberikan konseling kepada keluarga yang anggota keluarganya meninggal. Sementara SDM PKH melakukan pendataan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang terdampak untuk memastikan tidak ada kendala saat mencairkan bantuan dan juga melakukan distribusi makanan ke lokasi – lokasi yang terdampak banjir.
“Dalam sehari, dapur umum Tagana mampu menyiapkan 10.000 porsi nasi yang didistribusikan kepada penyintas korban banjir yang masih berjibaku membersihkan lumpur yang masuk ke rumahnya maupun yang mengungsi ke kerabat dikarenakan rumahnya diterjang banjir”, ungkap Ketua Forum Komunikasi Tagana Provinsi NTB Dedi, Selasa (6/4/2021).
Dedi mengatakan setidaknya ada 200 Personil Tagana yang terlibat dalam dapur umum, mereka berasal dari Kota Bima, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima secara bergotong royong meringankan beban korban banjir.
Setelah kunjungan kerja Menteri Sosial Tri Rismaharini di Kabuparen Bima pada hari Senin (5/4/2021), Personil Tagana bersama Pelopor Perdamaian dan SDM PKH, seakan-akan mendapatkan support dalam menjalankan tugasnya.
Terpisah, Koordinator PKH Kabupaten Bima, Muhammad Yasin mengatakan bahwa, Sumber Daya Manusia Program Keluarga Harapan (SDM PKH) telah melakukan pendataan terhadap KPM PKH dan SDM PKH serta membantu membagikan nasi bungkus kepada para korban banjir.
“Dari hasil pendataan sementara, terdapat 1.455 KPM PKH yang terdampak dan 18 SDM PKH, rata – rata buku tabungan dan kartu ATM nya hilang terbawa banjir”, ungkap Yasin.
Yasin menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan bank penyalur untuk segera melakukan penggantian ATM dan buku tabungan, mengingat bulan ini bantuan PKH tahap II telah cair.
“Jangan sampai mereka terkendala dengan pencairan bantuannya”, harap Yasin.
Hujan yang turun selama kurang lebih selama sembilan jam pada Sabtu (3/4/2021) lalu di seluruh wilayah Kabupaten Bima, NTB, menyebabkan bendungan di empat kecamatan meluap sehingga menggenangi persawahan dan perumahan warga.
Hasil Assessment psikososial warga penyintas yang dilakukan oleh Pelopor Perdamaian terhadap kondisi psikologis menunjukkan warga merasa tertekan.
“Rata–rata warga yang area sawahnya terendam air merasa tertekan karena kehilangan padi yang terendam banjir padahal sudah masa panen, sementara yang berhasil diselamatkan dikhawatirkan akan membusuk karena tidak ada panas matahari” kata Tim Layanan Dukungan dari unsur Pelopor Perdamaian Roni Faisal.
Tim Pelopor Perdamaian juga mengunjungi keluarga korban meninggal dunia akibat terseret arus untuk memberikan penguatan psikologis. Salah satunya Suhada, istri dari alm. A. Bakar, salah satu korban yang meninggal dunia.
“Pertama kami kunjungi, Ibu Suhada. Beliau masih sangat sedih, merasa bingung dan shock harus seperti apa, karena selama ini suaminya adalah tulang punggung keluarga, masih ada tiga anak yang harus dia urus”, ungkap Roni.
Suhada menuturkan bagaimana biaya sekolah mereka. Bagaimana hidup mereka sekarang?
Dengan pendekatan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pelopor Perdamaian, perlahan mulai muncul harapan dan mulai melupakan kejadian yang menimpanya.
“Bagaimana anak-anak kalau saya selalu bersedih, terpuruk hingga sakit, kasihan mereka. Saya harus sehat, harus kuat demi mereka. Itu dulu Bapaknya pernah berpesan ke saya”, ucapnya sambil mengusap matanya yang sesekali mengeluarkan air mata. (jim)