Depok, SUARABUANA.com – SMA Cakra Buana Depok telah sukses menggelar giat Seminar Sex Education for Students pada Kamis (16/10/2025) bertempat di Home Theater Sekolah Cakra Buana, Jl raya Sawangan no 91, Mampang, Pancoran Mas Depok. Acara seminar ini mengusung tema ”Remaja Cerdas Cinta tanpa Resiko di Era Global”. Seminar ini dihadiri oleh 137 peserta, terdiri dari siswa SMA Cakra Buana sebanyak 91 orang, siswa dari SMA Bina Taruna Bangsa 20 orang, Guru SMA Cakra Buana 11 orang, Guru SMA Bina Taruna Bangsa 2 orang, pengurus Yayasan sebanyak 10 orang, dan perwakilan dari Management RSKJ Dharmawangsa sebanyak 3 orang.Bertindak sebagai narasumber adalah Zoya Amirin Mpsi FIAS, seksolog klinis dari RSKJ (RumahSakit khusus Jiwa) Dharmawangsa, dan sebagai moderator adalah Fabiola Priscilla Spsi Mpsi, psikolog anak dan remaja dari RSKJ Dharmawangsa.
Seminar dibuka dengan kata sambutan dari ibu Raden Roro Siti Nurul SE selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Bintara. Dalam sambutannya Siti Nurul mengatakan bahwa perkembangan dunia saat ini, dimana problematika hidup semakin berkembang, membuat masyarakat semakin sadar dan concern terhadapa issue mental health atau kesahatan jiwa. Dimana paradigma RSKJ saat ini tidak lagi dipandang sebagai tempat penampungan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang biasa hidup menggelandang di jalanan, tetapi lebih kepada sarana pengobatan untuk masalah-masalah psikis dan psikiatris, sebagaimana halnya masyarakat awam biasa berobat ke Puskesmas.Sambutan berikutnya datang dari ibu Natalie, perwakilan dari PT Dharmawangsa Raya. Dalam sambutannya Natalie berpesan agar para siswa peserta seminar tidak perlu ragu dan jangan malu bertanya, di kesempatan seminar yang berharga ini karena sang narasumber adalah seorang ahli di bidang seksologi sehingga banyak ilmu bermanfaat yang bisa didapatkan dari seorang Zoya Amirin.
Zoya Amirin mengawali sesi pemaparan materinya dengan menekankan pentingnya seorang siswa SMA mengetahui hak-haknya sebagai seorang individu, setiap individu siswa punya pilihan hak untuk menjadi dirinya sendiri.
Zoya pun menceritakan pengalamannya sewaktu menjadi murid Prof Fuad Hasan, mantan Menteri Pendidikan pada era Pemerintahan yang lampau.
“Pada masa itu sang Profesor berkata pada saya, kalau kita tidak dididik untuk menjadi orang yang bebas dari tanggungjawab, tetapi kita diarahkan untuk menjadi pribadi yang bebeas untuk bertanggungjawab”, ujar Zoya mengenang.
Lebih lanjut Zoya menekankan para siswa untuk memanfaatkan momen seminar seksologi ini, sebaik-baiknya agar mampu mengambil keputusan dalam hal seks dan percintaan, keputusan yang well-informed decision agar menjadi pribadi yang lebih bijak.
Sesi pemaparan materi terbagi dalam beberapa topik bahasan, diantaranya membahas tentang Hak-hak Remaja, diantaranya ada Hak untuk menjadi diri sendiri, Hak untk mendapatkan informasi, hak untuk sehat secara reproduktif dan mendapatkan pelayanan kesehatan, Hak untuk melindungi diri sendiri dan dilindungi, Hak untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta hak untuk berbagi informasi.
Kemudian mengenai Edukasi seks. Dimana melalui edukasi ini diharapkan seorang remaja memiliki informasi yang benar dan sehat untuk membuat keputusan bijak dalam perilaku seks sehat dalam kehidupannya. Ditekankan disini bahwa edukasi seks remaja bukanlah mengenai tutorial cara bersenggama.
Lalu dibahas pula mengenai apa itu seksualitas, pemahaman tentang tanda-tanda pubertas, dan juga mengenai isu-isu seksualitas remaja kekinian dan bagaimana menyikapinya.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai apa itu Rape Culture dan Rape Jokes, dampak Rape Jokes, Pelecehan verbal di Medsos menormalisasi victim blaming dan rape culture, Stop Victim Blaming dan bagaimana cara meresponse Rape jokes.
Pembahasan selanjutnya mengenai Kesehatan Reproduksi, serta Pengaruh Alkohol dan NAZA (narkoba dan Zat Addiktif berbahaya) dalam perilaku seksual dan hubungan percintaan. Lalu ditutup dengan kesimpulan agar para remaja menunda hubungan seks pertama kali sampai mereka siap secara fisik dan emosi. Disarankan sebaiknya setelah mereka menikah.
Sesi tanya jawab pun berjalan cukup interaktif. Ketika ada seorang siswi perempuan bertanya mengenai homoseksualitas, Zoya menjelaskan bahwa homoseksualitas, baik itu gay maupun lesbian, bukanlah semacam penyakit. Ada kasus dimana seorang remaja cenderung menyukai sesama jenis, sejak masa kecil, tanpa tahu pasti penyebabnya kenapa. Adapula contoh kasus dimana seorang anak laki sering mengalami pemukulan yang dilakukan bapaknya, sehingga dia mencari figur seorang lelaki yang diidamkan dirinya. Atau seorang anak lelaki yang sering disiksa oleh ibunya, sehingga dia jadi membenci lawan jenis. Tidak ada faktor yang pasti penyebab seseorang menjadi homoseksual.
Peserta yang sebagian besar adalah siswa SMA terlihat menyimak secara santai tapi serius, diselingi celetukan-celetukan dan senyum-senyum kecil ketika pembahasan menyentuh hal sensitif. Berdasarkan pantauan awak media, secara keseluruhan acara seminar berjalan lancar dan cukup kondusif. (Irfan)