Jakarta, suarabuana.com – “Saya sebagai relawan penelitian vaksin imunoterapi dari dr Terawan hari ini Jumat (23/4) saya disuntik sel dendritic saya sendiri yang diambil dari darah saya sendiri 8 hari yang lalu (15/4) sebanyak 3 cc. Sebagian untuk baseline data, sebagian untuk proses untuk memisahkan denditrik sel dari darah putih saya secara bertahap dengan teknologi tertentu.
Kemudian denditrik sel diinkubasi degan antara lain dengan kit covid 19 dan zat lainnya
Pada hari ke 8 denditrik sel saya sudah dianggap mengerti dan kuat melawan virus Covid 19.
Setelah itu denditrik sel tersebut dibersihkan kemudian disuntikkan ke diri saya lagi.
Jadi saya disuntikkan sel dendritic saya sendiri.
Jadi yang dimasukkan dalam tubuh saya itu murni denditrik sel saya sendiri
Bedanya dengan vaksin konvensional , misalnya Astra Zeneca itu yang disuntikkan adalah the whole of antigen yang mengandung bagian dari Virus Covid 19 yang disuntikkan masuk ke dalam tubuh.
Apalagi dengan Sinovac, seluruh virusnya dimasukkan ke dalam tubuh, walaupun sudah dilemahkan.
Sekarang kita tinggal tunggu hasilnya.
Rasanya? Seperti suntikan biasa. Tidak ada yang saya rasakan sama sekali. Sekarang saya nunggu, diambil darah saya lagi untuk menghitung antibody beberapa hari lagi. Tujuannya untuk dibandingkan dengan jumlah antibodi saya sebelumnya. Saya sudah di beri jadwal untuk kembali ke RSPAD lagi untuk melanjutkan pemeriksaan lab dalam rangka penelitian vaksin Nusantara
Kalau penelitian ini berhasil, nanti nya diharapkan bukan hanya untuk Covid 19 saja, tapi bisa digunakan untuk semua antigen dari mutasi Covid 19 yang saat ini tersebar diberbagai belahan dunia.
Inilah yang disebut vaksin imunoterapi. Approachnya adalah yaitu vaksinasi berbasiskan imunoterapi.(**)