Jakarta. SUARABUANA.com –– Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI), dalam rangkaian HUT ke-40, mengadakan Pameran Lukisan bertajuk “Perempuan dan Asa”. Acara Pembukaan pameran berlangsung pada Minggu (19/10/2025) bertempat di Lobby A-Point, Menara Bidakara Jl Gatot Subroto Kav 71-73 Pancoran Jakarta Selatan.

Acara pembukaan diawali dengan pidato sambutan oleh Rini Handayani, Staff Ahli Menteri bidang Partisipasi dan Lingkungan Strategis, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dalam kata sambutannya Rini memaparkan bahwa berdasarkan data demografis, terdapat hanya sekitar 30% saja pelukis perempuan di seluruh Indonesia yang mendapatkan ruang pamer dan pengakuan di tingkat nasional.

Fakta lainnya menunjukan bahwa terdapat kesenjangan gender antara lelaki dan perempuan yang diukur melalui indeks pembangunan gender (IPG). Dimana saat ini nilai IPG adalah 91,85% yang mana menunjukkan masih ada kesenjangan dalam pembangunan SDM.
IWPI hadir untuk menjadi jembatan penting dalam memastikan bahwa suara dan warna perspektif perempuan tampil setara di kanvas kebudayaan bangsa. Dimana melalui pameran lukisan ini, adalah sebagai simbol melawan ketidaksetaraan gender terhadap ketimpangan sekaligus ruang affirmasi terhadap kreativitas perempuan. Lebih lanjut diharapkan melalui penyelenggaraan pameran ini akan lebih memperkenalkan kiprah dan hasil karya para perempuan pelukis, khususnya anggota IWPI, di kalangan masyarakat dan negara Indonesia.
“Harapan kedepannya adalah, karya-karya yang hadir hari ini tidak hanya menampilkan keindahan visual tetapi juga menggambarkan sebuah narasi sosial tentang perjuangan, empati dan harapan perempuan Indonesia”, ujar Rini.
Pesan moral penyelenggaraan pameran ini adalah penyatuan antara nilai-nilai estetika dan etika, antara ekspresi dan kepedulian para perempuan pelukis. “Pelukis perempuan tidak hanya melukis dunia tetapi juga mewarnai masa depan pembangunan bangsa Indonesia. Melalui seni lukis, perempuan memiliki kekuatan untuk menyuarakan keadilan, menumbuhkan empati sosial dan membangun harapan bangsa Indonesia”, pungkas Rini mengakhiri pidato sambutannya.
Acara pembukaan juga menampilkan fashion show kain Batik Marunda, hasil karya designer Wendy Sibarani. Para pelukis perempuan tampil sebagai peragawati yang berjalan melenggak-lenggok diatas catwalk, memperlihatkan kain batik dengan berbagai macam corak dan warna. Fashion show berjalan cukup meriah, dengan iringan musik membahana dan diselingi applause tepuk tangan tamu undangan serta para pengunjung yang hadir.
Berdasarkan keterangan dari panitia, omzet keuntungan dari rangkaian acara pameran sebagian akan disisihkan untuk yayasan Rumah Singgah Teduh Suryo , sebuah rumah singgah bagi anak-anak penyintas kanker.
Untuk diketahui, pameran lukisan ini akan berlangsung dari 19 s/d 25 Oktober 2025, menampilkan karya lukis dari sekitar 89 pelukis anggota IWPI dan 11 pelukis tamu. Selain pameran, agenda kegiatan lainnya adalah Workshop Kaligrafi dengan mentor Agung Kurnia pada 20 Oktober, workshop Glass painting dengan mentor Sylvia Ikhsan pada 22 Oktober, workshop Watercolor painting dengan mentor Sisca Wungu pada 23 Oktober, dan Menggambar Sketsa dengan mentor Guruh Ramdani pada 25 Oktober 2025. Keseluruhan rangkaian acara pameran dan workshop akan berlangsung di Lobby A-Point Menara Bidakara.
Penanggungjawab pameran sekaligus Ketua IWPI Pusat ibu Cecilia D Kristiari mengatakan, pameran ini merupakan wujud nyata dari perjalanan panjang dedikasi dan semangat para wanita pelukis yang tergabung dalam IWPI. Untuk diketahui, organisasi ini berdiri pada 10 September 1985 di Jakarta. IWPI memiliki visi sebagai sebuah wadah bagi para perempuan Indonesia yang punya minat di bidang seni khususnya seni lukis.
“Selama 4 dekade, IWPI telah menjadi saksi perjuangan dan pertumbuhan anggotanya. Adapun dipilihnya tema “Perempuan dan Asa”, pertimbangannya adalah kata “perempuan” mewakili IWPI sebagai sebuah rumah bagi kreativitas dan persahabatan, lalu kata “Asa” adalah cerminan dari harapan, cita-cita dan karya yang kami perjuangkan”, ujar Cecilia menjelaskan.
Pada kesempatan lain di acara yang sama, designer Wendy Sibarani dari Batik Marunda menjelaskan bahwa cerita Batik Marunda berawal di tahun 2014, atas inisiasi ibu Iriana Joko Widodo, yang ketika itu sebagai istri Gubernur DKI Jakarta, menugaskan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta melakukan pemberdayaan perempuan.
“Ibu Iriana menugaskan Dekranasda DKI Jakarta, yang diketuai lbu Veronica Tan, untuk memberikan program pemberdayaan anggota keluarga, yang direlokasi dari kawasan kumuh, ke rumah susun Marunda di Jakarta Utara. Dekranasda DKI kemudian memberi pelatihan membatik tulis di rumah susun Marunda, bersinergi dengan Dharma Wanita Persatuan Provinsi DKI Jakarta. Termasuk juga menjadi pendamping ibu-ibu Rusunawa Marunda pada tahap mereka memulai dan memasarkan produksi batiknya,” demikian papar Wendy.
Pembina Komunitas Membatik Rusun, Irma Sinurat menjelaskan, Batik Marunda sendiri merupakan produk dengan pakem yang menampilkan flora dan fauna asli Jakarta seperti Kembang Teleng, Kembang Kelapa, Daun Bandotan, Nona Makan Sirih, Bulus, Kupu-kupu dan Elang Bondol. “Diproduksi dengan teknik mencanting, pemilihan Batik Marunda cenderung menggunakan warna dasar hitam dan terang,” jelasnya.
Lebih lanjut Irma menjelaskan, “Pelatihan membatik terus kami berikan bagi ibu-ibu rusun agar mereka bisa mandiri secara ekonomi, bahkan bisa melatih UMKM lainnya. Kami pun menggandeng sejumlah seniman dan desainer ternama yang menyumbangkan ide-idenya untuk dijadikan motif batik kami,” demikian penjelasannya.
Seiring perkembangan bisnis batiknya, jumlah perajin yang bergabung di Batik Marunda pun terus meningkat hingga 5 kali lipat. Bahkan, Irma juga membantu pegiat usaha lokal kain dan alat batik asal Pekalongan sebagai penyedia material pembuatan Batik Marunda.
Diakui Irma, pemasaran Batik Marunda hingga kini masih menjadi salah satu tantangan. Selama ini, pemasaran baru sebatas melalui Galeri Batik Marunda yang terletak di 2 lokasi di wilayah Lebak Bulus dan sejumlah pameran saja.
Karena itu, pihaknya berharap dukungan promosi dan campur tangan stakeholder lain di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membesarkannya. Dengan begitu, Batik Marunda diharapkan bisa dikenal luas bahkan mendunia. (Irfan)