Jakarta, SUARABUANA.com – Ketua Umum Relawan Sagantara (Sahabat Ganjar Nusantara) Drh. Wayan Wiryawan, menyatakan: “Setelah Pak Ganjar terpilih, program dari Sagantara ini akan kami teruskan, jadi Sagantara ini menjadi satu organisasi kewirausahaan, sekaligus organisasi yang bergerak dibidang kewirausahaan dan sosial tentang masyarakat.
Jadi, bagaimana mesentralisasi kekuatan ekonomi yang terdistribusi itu ada di pedesaan bukan dikota. Karena jika di kota dibangun kekuatan ekonominya adalah oligarti. Masyarakat di desa tidak merasakan. Yang ada masyarakat di desa itu dijadikan sebatas sebagai objek dari kegiatan ekonomi, untuk menjadi konsumsi saja, dinina bobokan jadi malas, jadi tidak bisa menjadi negara yang kuat.
Kami punya Visi dan Misi yang jelas, yang tentunya fokus pada pemberdayaan ekonomi di pedesaan. Karena dengan masyarakat di pedesaan mereka punya kemampuan. Kita-kita yang tinggal dikota yang berkegiatan ekonomi juga produk yang kita hasilkan apakah berbentuk barang, jasa akan dikonsumsi juga oleh saudara-saudara kita yang berada di pedesaan. 70% distribusi Indonesia tinggal di pedesaan. Artinya ini sangat menentukan untuk Indonesia menjadi negara kuat, negara maju, punya ketahanan nasional yang sangat kuat. Sangat penting sekali untuk Indonesia mempunyai kedaulatan. 38 provinsi mari kita bersatu, bersinerji, mendukung bapak Ganjar, melanjutkan pembangunan berkelanjutan yang sudah dilakukan pak Jokowi.
Bagaimana kita hidup sukses dan bahagia dengan pola UMKM berbasis Smart Integrated Family System melalui program masyarakat pedesaan dibidang peternakan, perikanan, air tawar, memungkinkan pedesaan yang berada dipinggir pantai juga untuk mengembangkan air payau, kerapu dan lain-lain.
Bapak, Ibu sekalian yang tinggal di Jakarta, yang masih ingin hidup bahagia di Jakarta, punya kegiatan ekonomi mengolah produk hasil perkebunan, pertanian, perikanan dan peternakan. Dipasarkan barang masih mentah, atau diolah setengah jadi atau menjadi makanan jadi.
Bapak Wayan Wiryawan berkata:”Tantangan buat peneliti, terutama di sektor pertanian, di universitas-universitas, di institusi-institusi yang meneliti, mereka bisa mengembangkan setahun 4 (empat) kali panen. Kalau selama ini yang sedang berjalan setahun cuma 3 (tiga) kali panen. Dengan rata-rata produktivitasnya bagus, yang lahannya cocok ditanam, peralatannya bagus bisa 1 (satu) tahun 4 (empat) kali panen. Selama ini yang sedang berjalan 1 (satu) tahun 3 (tiga) kali panen. Dengan rata-rata karena produktivitasnya bagus, di lahan yang cocok ditanam dengan peralatan yang bagus bisa minimal 6 (enam) sampai 8 (delapan) tahun.”
Bapak Wayan Wiryawan:
“Dari instansi pemerintah seperti: Kementerian Pertanian, badan BPOM, Kementerian Perindustrian harusnya 1 (satu) suara bagaimana mengedukasi masyarakat, mari kita bangkitkan nasionalisme mengkonsumsi apapun yang dihasilkan oleh masyarakat kita di dalam negeri untuk kita konsumsi. Dulu sebelum ada sorgum, orang tua dan leluhur kita gak ada yang meninggal, bahkan sehat, umur panjang, tapi sekarang kita disuru makan sorgum, makan mi instant malah kita diracuni, usia pendek, kena kanker. Ini ada kepentingan oligarki yang mengendalikan. Kalau sekarang ada pemerintah yang memberi dukungan yang sangat kuat.
Hanya PDIP, rohnya itu yang punya jiwa gotong royong, yang punya kekuatan untuk bagaimana menggerakkan. PDIP rohnya sangat kuat sekali untuk berbuat baik pada rakyat kecil, untuk membangun ekonomi gotong royong, dan mempunyai kekuatan bagaimana menggerakannya. Kalau pengambil kebijakkannya bisa berpihak kepada masyarakat banyak bukan berpihak kepada yang memberi sogokan. Ini jujur saya ngomong apa adanya.
Yang punya sogokan ini yang punya bisnisnya di bidang itu. Maksudnya, memasukkan gandum, memproduksi gandum. Kita di setiap rumah sudah menstok mi. Kenapa mi yang kita stok ini bukan dibuat dari sorgum saja, kenapa harus dari gandum. Sah-sah saja kita menyediakan mi instan dirumah, tetapi bagaimana mi yang kita sediakan di rumah itu, kalau malas masak kita makan mi yang sehat dari bahan tepung lokal, apakah tepung umbi-umbian, tepung sorgum, tepung sagu. Kalau di kombain sedemikian rupa bisa menghasilkan disamping sehat, kadar gulanya rendah.
Untuk merubah mind set petani, kadang-kadang kita harus menempatkan piloting projek. Kalau perlu disetiap desa siapa yang menjadi pionirnya. Bila perlu kita pulang ke desa jadi pionirnya. Kita menjadi inspirasi orang yang tadinya malas, mau serba instan yang maunya dapat hasil gede, tapi tidak mau kerja keras.
Makanya ini yang saya coba terapkan di Bali. Saya lagi mengkondisikan sekarang ini ijin inkubator, untuk tempat latihan sekaligus mereka juga melihat, kalau mau sukses prosesnya harus seperti ini. Tidak bisa sukses tanpa bekerja,” tambahnya
“Kegiatan usaha padat karya, bukan perusahaan oligarti, bukan perusahaan kapitalis yang menciptakan lapangan pekerjaan padat karya bukan, tapi ekonomi gotong royong, dengan koperasi dengan kegiatan usaha yang dikembangkan baik di desa maupun di kota, itulah yang menghasilkan ekonomi padat karya.
Coba kalau di oligarti, sistem kapitalis, mereka menggunakan robot, manusia tidak ada yang bekerja,” tutupnya.(DN)