Depok, suarabuana.com –
“Kalau mau berhasil, kamu harus rajin ya, jangan malas…”
“Kalau sering bolos mana mungkin kamu bisa naik kelas… !!!”
“Nah, itulah akibatnya kalau kalian tawuran, sakit kan kepala bocor kena sabet gir…!!!
Itulah sekelumit pengggalan kalimat yang kerap terlontar dari pendidik ketika “menghakimi” peserta didik yang kedapatan melakukan “penyimpangan” perilaku.
Nasihat dan bimbingan yang sudah sering diberikan seolah tidak membuahkan hasil seperti testimoni-testimoni pembenaran dalil-dalil didaktik metodik yang selama ini menjadi “kitab suci” di institusi-institusi pencetak guru.
Kondisi umum perilaku peserta didik yang mengalami penurunan nilai dari kelas 1 sampai kelas 12 ini senantiasa kita tonton sebagai permasalahan kusut yang seakan-akan sulit diurai. Kondisi ini pula yang membuat para pemangku kepentingan merasa wajib mencari kambing hitam untuk mensucikan diri dari kubangan permasalahan ini.
Alih-alih melakukan olah fikir dan olah rasa untuk meramu formula penyelesaian masalah, lebih gampang rasanya menyalahkan kondisi zaman dan orang lain kemudian ikut larut lagi dalam retorika menciptakan sistem “lazim” baru yang tidak menyelesaikan masalah.
Melihat fakta penurunan nilai perilaku peserta didik yang menjadi masalah utama dalam mendidik, sudah saatnyalah kita melakukan upaya rekayasa perilaku dengan menanamkan sekuat-kuatnya pola pikir dan perilaku logis serta soft skill di benak dan nurani peserta didik kita.
Teknis aplikatif pembangun pola pikir dan perilaku logis serta soft skill diantaranya adalah dengan “menyadarkan/ menalarkan/ mewaraskan” pola pikir dan pola laku melalui gambaran sebab-akibat dan upaya/ perilaku untuk mencapai hasil / visi / mimpi / harapan.
Siapakah motor penggerak utama upaya ini ?….. berdasarkan pemikiran dan pengalaman, gerakan ini bisa dimotori oleh orang yang paling memiliki kepentingan dan kewenangan di sekolah, yaitu KEPALA SEKOLAH.
Dengan spirit “Kepala Sekolah Sebagai Leader”, diharapkan kepala sekolah dapat membangun tim “PROPAGANDA REKAYASA PERILAKU” yang tumbuh kuantitas dan kualitasnya dari kalangan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, ayo kita bangun gerakan ini agar benang kusut penyimpangan perilaku peserta didik bisa kita uraikan sehingga peran dan amanah sebagai pendidik bisa kita pertanggungjawabkan kepada publik yang menaruh harapan besar terhadap keberhasilan proses dan hasil pendidikan di sekolah…..
Depok, 8 Februari 2022
Yudi Herawan
Praktisi Pendidikan