BerandaJawa BaratPrananda Prabowo : Dalam Kisah Anak Cucu dan Cicit...

Prananda Prabowo : Dalam Kisah Anak Cucu dan Cicit Pejuang Dari Begelen, Purworejo

Purwakarta, SUARABUANA.com – Sidiq Muhamad terkesan ingin mengungkap sosok Prananda Prabowo dalam buku Prakarsa Edha yang dia susun bersama kawan-kawan dengan semangat yang patut dipuji, karena dia mampu melakukan penyusunan buku itu dalam tempo yang relatif singkat.

Upaya untuk menandai peradaban generasi transisi hari ini, memang perlu legasi afar bisa menjadi pembanding bagi generasi berikut yang mungkin akan semakin jauh tersesat di jalan terang, karena memang rumit dan berliku untuk  menemukan petunjuk arah yang selalu berubah begitu cepat meninggalkan jejak yang tidak jelas.

Buku yang ditulis hanya dalam waktu singkat ini–cuma tiga minggu — diakui Sidiq Muhamad ketika lounching pada hari Sabtu, 25 Juni 2022 di Sekretariat GMRI Jl.  Ir. H. Juanda No. 4 Jakarta Pusat, dihantar langsung oleh Ketua Umum GMRI yang juga  tokoh spiritual Indonesia, Eko Sriyanto Galgendu  yang memaparkan tugas berat Megawati Soekarnoputri untuk meneruskan  warisan ideologi Bung Karno kepada generasi penerus bangsa dan negara Indonesia untuk menyongsong masa depan.

Buku yang sangat luas memuat paparan seputar Prananda Prabowo sebagai anak biologis Megawati Soekarnoputri bersama Surindro Supjarso Tjokrodipuro ini, meliputi buyut canggahnya yang berpusat pada keluarga besar Tjokrodipuro Purworejo erat kaitannya dengan trah Pangeran Dipinegoro yang ada di Purworejo.

Temanggung Tjokrodipuro sebagai leluhur Prananda Prabowo dikenal dalam tutur lisan masyarakat Pemakaman Kemloko, Cangkrep Purworejo sebagai  salah satu Senopati andalan Pangeran Diponegoro.

Jadi buku yang sangat amat luas liputan historikal yang dipaparkan  ini — meliputi wilayah yang sangat luas, tak hanya  Begelen, Purworejo atau kota Metro, Lampung dan Sumatra Utara — tapi juga Surinane yang berada nun jauh disana — pun menjadi seting cerita yang pernah terjadi pada masa lalu dalam menelisik kisah Prananda Prabowo yang bertitis darah asal Begelen.

Agaknya, justru dari adanya lompatan-lompatan historis yang terpenggal ini buku yang nyaris 300 halaman tebalnya ini jadi lebih meyakinkan semangat kawula muda yang patut diapresiasi dan dihargai di tengah budaya bangsa Indonesia yang amat sangat memprihatinkansssekarang ini. Tak hanya budaya membaca, tetapi juga budaya menulis — setidaknya  sebagai kesaksian  — bahwa generasi milineal hari ini pernah ada, dan sudah memberi kesaksian.

Seperti generasi yang ditandai oleh kemajuan teknologi serba instan. Persis seperti yang diekspresikan penulis buku ini yang tergabung dari kelompok anak muda yang energi– penuh semangat– mencintai sosok Sukarno untuk sebesar mungkin meneladani dan melakukan apa yang dilakukan Bung Karno bagi suku bangsa Nusantara yang kemudian disatukan menjadi   Indonesia.

Karena itu penerbitan buku ini dalam khazanah perbukuan artinya ada kesadaran budaya menulis dan juga budaya membaca. Maka terlepas dari mutu maupun kaidah baku dalam hal ikhwal tulis menulis, kehadiran buku yang tampak ingin menampilkan generasi penerus dari cita-cita Bung Karno maupun sekaligus profil Begelen yang dalam sejarah Purwirejo telah melahirkan putra-putra terbaik bangsa.

Setidaknya, begitulah relevansinya pemuatan dari sejumlah profil tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Jendral Achmad Yani yang dikenal sebagai Pahlawan Revolusi dan sejumlah pejuang kemerdekaan dan  tokoh lainnya yang telah ikut membangun dan membesarkan Republik ini. (JE)

suara buana
suara buanahttps://suarabuana.com/
https://suarabuana.com/