Yogyakarta, Suarabuana.com_
Musibah bencana alam yang terjadi bisa kapan saja dan dimana saja. Begitu pula dengan banjir bandang Malang Selatan yang melumpuhkan aktifitas warga. Kerusakan sarana dan prasarana hingga kerugian materi dan harta benda menjadi ujian bagi korban dan warga terdampak.
Bantuan dari pemerintah dan pihak-pihak lain menjadi bentuk kepedulian demi meringankan beban duka yang dialami warga dan korban. Tidak terkecuali ormas lintas budaya, tradisi, Agama dan kebhinekaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) yang meluangkan waktu tenaga dan biaya untuk membantu para korban musibah di Malang Selatan.
Dengan bergotong-royong, anggota PNIB secara bergiliran melakukan pembersihan di rumah-rumah yang terkena banjir bandang. Beberapa orang lagi membagikan bantuan kepada warga di wilayah yang terjangkau.
“Seperti pesan Ali bi Abu Thalib bahwa meskipun kita bukan saudara dalam iman, kita saudara dalam kemanusiaan. Pesan ini menjadi spirit PNIB untuk membantu sesama manusia tanpa membedakan agama dan keyakinan. Melalui Bhakti Sosial ini PNIB mengajak untuk lebih mementingkan membantu saudara sebangsa yang terkena musibah daripada membantu negara lainya, PNIB melalui bhakti sosial juga mengkampanyekan Kesetaraan dalam keberagaman, Solidaritas sesama anak bangsa demi mewujudkan amaliah mengimplementasikan Persatuan Indonesia dalam aksi nyata, terang AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) Ketum PNIB.
Musibah memberi peringatan kepada kita akan perlunya solidaritas, karena musibah itu juga suatu saat bisa juga menimpa kita. Dengan bergandengan tangan, persaudaraan terjalin dalam hubungan batin baik saat duka maupun suka” jelas Gus Wal Ketua Umum PNIB menjelaskan misi kepedulian PNIB atas banjir bandang di Malang Selatan.
Aksi kepedulian PNIB menjadi bukti organisasi yang gencar mengkampanyekan anti khilafah, Wahabi, intoleransi, radikalisme dan terorisme tersebut tidak hanya peduli di dunia maya, namun turun ke bawah dengan aksi nyata.
“PNIB tidak hanya gencar melawan khilafah wahabi dan intoleransi baik dalam gerakan dalam wujud nayata juga di media, namun kami juga melakukan aksi toleransi dan kepedulian semampu dan sebisanya. Mungkin bantuan materi kami tidak seukuran donatur besar, tetapi dengan pendekatan langsung kepada korban sedikit banyak akan melegakan bahwa PNIB ada di tengah mereka” imbuh Gus Wal.
PNIB konsisten menjadi organisasi kemasyarakatan independent yang mandiri dalam berpikir dan berbuat. Gotong royong menjadi semangat PNIB untuk mengatasi semua kendala yang menghalangi perbuatan baik.
“Kalau kita bisa merasakan sakit itu tandanya kita hidup, dan saat kita bisa ikut merasakan sakitnya orang lain itulah tandanya kita manusia” pungkas Gus Wal menyampaikan pesan filosofis. (AGUNG)