Solo, SuaraBuana.com – Pabrik Sritex yang diputuskan pailit berdampak pada persoalan kehidupan dan masa depan pekerjanya. Cepat atau lambat. puluhan ribu buruh dan karyawan Sritex dipastikan akan kehilangan mata pencahariannya. Berdampak pada keluarga anak, istri yang selama ini bergantung pada Sritex.
“Buruh Sritex itu asset bangsa yang harus dipertahankan meskipun sedang terjadi kemelut. Persoalan dan persaingan bisnis para elite di Sritex tidak pernah melibatkan buruh, tetapi ketika kalah bersaing maka yang menjadi korban utamanya buruh. Dirumahkan, diPHK hingga dipecat tanpa pesangon selalu menimbulkan kerawanan sosial” ungkap Gus Wal selaku ketua umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) menanggapi polemik Sritex yang semakin tidak menentu.
Gus Wal lebih menyoroti hal yang terkait nasib buruh daripada nasib perusahaan yang bangkrut atau pailit karena persaingan usaha. Perusahaan tidak tiba-tiba bangkrut tetapi ada proses yang menyebabkannya.
“Buruh dan karyawan bukan mesin produksi, mereka manusia yang tidak bisa dijual per kilo layaknya mesin pabrik yang tutup. Mereka tidak boleh ditelantarkan karena kegagalan manajemen perusahaan mengatur bisnis. Pemilik Sritex semestinya memikirkan itu daripada sibuk menghitung asset perusahaan mana yang bisa diselamatkan.” Imbuh Gus Wal.
Puluhan ribu karyawan Sritex memohon pemerintah turun tangan mengatasi polemik Sritex. Seperti janji Presiden Prabowo yang akan memperhatikan nasib buruh Sritex. Menurut Gus Wal bentuk perhatian pemerintah harus konkrit, tidak hanya slogan dalam rangka meredam gejolak sosial.
“Presiden Prabowo dikenal sebagai pengusaha sukses, kekayaannya mencapai triliunan rupiah. Jaringannya dengan para konglomerat juga luas, segera ambil alih pengelolaan Sritex oleh negara atau jaringan bisnisnya. Dengan demikian tidak ada PHK massal tetapi asset negara bertambah dengan adanya perusahaan textile yang dikelola oleh pemerintah. Ini sebenarnya mudah jika Presiden mau, daripada sibuk kerjasama mengelola pertambangan tapi ujung-ujungnya tekor dikorupsi hasilnya” lanjut Gus Wal.
Situasi ekonomi negara semenjak transisi dari Presiden Jokowi kepada Presiden Prabowo faktanya memang tidak mudah. Banyak warisan persoalan dari hutang hingga beban infrastruktur yang harus dilanjutkan oleh Predisen Prabowo. Gus Wal berpesan agan pemerintah lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan banyak orang karena jika diabaikan maka kana menimbulkan ketidakpercayaan publik kepada pemerintah.
“Pemerintah fokus menangani persoalan yang melibatkan nasib banyak kepala. Apabila tidak diantisipasi maka konflik horizontal berpotensi terjadi, lalu jika ada pihak provokator terutama wahabi khilafah terorisme masuk menunggangi Masalah sritex ataupun persoalan rakyat dan bangsa dibidang lainya, maka perpecahan bangsa tidak mustahil bisa terjadi” pungkas Gus Wal. (AGUNG)