Yogyakarta, Suarabuana.com –
Seolah menjadi tradisi tahunan bagi kelompok intoleransi, perayaan Natal selalu diwarnai pelarangan dalam berbagai aksi. Hukum Haram mengucapkan selamat Natal bagi kalangan Kelompok Sarabpatingenah disampaikan dalam rangka unjuk kekuatan. Dalil yang digunakan menjurus pada paham tertentu yang mengharamkan perbedaan yang dimana perbedaan itu adalah sebuah ketetapan, tinggal bagaimana kita menyikapi sebuah perbedaan agar menjadi indah, rukun dan damai dalam harmoni Pancasila, Persatuan Indonesia dan bhinneka tunggal Ika.
“Ormas-ormas gurem yang berpaham radikal bermunculan setiap bulan Desember. Spanduk dan ajakan menolak ucapan selamat Natal sama seperti sebelumnya tinggal ganti tahun. Semakin viral, nama mereka semakin berkibar, meski pada kenyataannya pelarangan itu tidak berdampak apapun untuk umat islam dan rakyat Indonesia yang sudah mulai cerdas menyikapi perbedaan” jelas Gus Wal selaku Ketua Umum ormas lintas Agama, Budaya, Suku dan kebhinnekaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB)
PNIB sebagai ormas pengawal kebhinekaan menganggap fenomena Natal tiap tahun selalu dimanfaatkan oleh kaum intoleransi mengembangkan pahamnya. Halal dan haram seolah ditentukan oleh ormas radikal.
“Mereka jumlahnya tidak seberapa, cuma gerombolan nasi bungkus yang didandani daster dan celana cingkrang memakai sorban sebesar ban (roda) vespa di kepala Lalu berteriak haram mengatas namakan aspirasi seluruh umat muslim. Kita sebagai ormas pengawal kebhinekaan terkadang merasa kasihan dengan mereka yang tidak tahu apa-apa hanya dimanfaatkan oleh kelompok intoleransi” lanjut Gus Wal.
PNIB berharap aparat penegak hukum menangkap aktor-aktor dibalik aksi mereka. Apa yang dilakukan sudah menjurus ke arah adu domba yang mengancam persatuan Indonesia dan kerukunan antar umat beragama.
“Tangkap dan usut tuntas otak aksi intoleransi agar ada efek jera, perjuangan membela yang salah tetaplah sebuah pelanggaran hukum”. Gus Wal meminta kepada Densus 88, BNPT, Polri Dan TNI Untuk tegas menindak para pelaku Intoleransi yang senantiasa berpaham khilafah Radikalisme Terorisme yang berujung pada separatisme.
Gus Wal Mengingatkan Kita hidup di negara Pancasila yang senantiasa menghargai dan menghormati perbedaan, jika tidak setuju silahkan pindah ke Suriah atau Afghanistan berkumpul dengan paham sejenisnya” ujar Gus Wal.
“Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih penting daripada memperjuangkan kepentingan kelompok. Indonesia setara harus dipertahankan dari upaya benalu paham-paham impor wahabi khilafah yang melahirkan intoleransi radikalisme Terorisme serta mencuri, merampok memanipulasi sejarah peradaban bangsa berkedok agama yang tidak ingin Indonesia aman, damai dan harmonis” pungkas Gus Wal. (AGUNG)