BerandaOpiniPIDATO KERING DIATAS TANAH BASAH AIR-MATA

PIDATO KERING DIATAS TANAH BASAH AIR-MATA

Oleh: Roostien Ilyas.

NEGERI ini sedang basah..
Bukan oleh hujan semata,
tetapi oleh air mata rakyat yang kehilangan rumah, anak, orang tua, dan masa depan..

ACEH, Sumatra Barat, Papua— dan entah berapa titik lagi di peta Indonesia— berteriak minta tolong..

Tapi yang datang sering kali bukan solusi,
melainkan pidato rapi dari podium kering..

Dilapangan:
anak-anak tidur di tenda robek,
lansia menggigil tanpa obat,
ibu-ibu antre bantuan sambil menahan lapar..

Dilayar kaca:
kalimat indah, statistik manis, dan janji yang “sedang diupayakan”
.
Pemerintah seolah lupa:
Kami ini rakyat, bukan audiens seminar,
kami manusia yang sedang berjuang bertahan hidup..

Kami bayar pajak, bukan untuk membiayai narasi..
Bukan untuk memoles citra..
Tapi untuk keselamatan, kehadiran, dan tanggung jawab nyata..

Jika negara absen terlalu lama,
jangan salahkan rakyat kalau kecewa berubah jadi marah..

Sejarah mengajarkan satu hal: revolusi tidak lahir dari hasutan,
tetapi dari keputusasaan yang diabaikan..

Ini bukan ancaman..
Ini peringatan..
Kami tidak minta belas kasihan..
Kami menuntut kewajiban negara..
Karena, diam kami adalah luka,
dan suara kami adalah hak !

Jika pidato lebih penting dari nyawa,
maka jangan heran kalau rakyat berhenti percaya..
Negeri ini tidak butuh lebih banyak kata..
Negeri ini butuh kehadiran, keberanian, dan kejujuran !

Jakarta, 20 Desember 2025

Cat:
Penulis adalah sosok
aktivis sekaligus pemerhati perempuan dan anak

suara buana
suara buanahttps://suarabuana.com/
https://suarabuana.com/