Jakarta. Suarabuana.com_
Sejumlah tokoh akademisi, peneliti, dan aktivis mahasiswa berkumpul dalam kegiatan Diskusi Politik ala Gen Z dengan tema “Menyoal Arah Kebijakan Asta Cita & Partisipasi Mahasiswa dalam Pembangunan Berkelanjutan”.
Acara yang berlangsung pada Rabu, 26 November 2025, di Se. Kopi Jakarta Selatan ini menjadi ruang dialog bagi generasi muda untuk memahami arah kebijakan nasional sekaligus memperkuat peran mahasiswa dalam proses pembangunan.
Kegiatan dibuka oleh Ahmad Sarifah, SH, selaku Koordinator Pusat, yang menegaskan pentingnya literasi politik bagi mahasiswa di tengah dinamika perubahan kebijakan pemerintah. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa Gen Z memiliki peluang besar untuk menjadi motor pengawasan dan kontrol terhadap arah pembangunan nasional.
“Generasi muda hari ini bukan hanya penonton dalam arena politik. Mereka adalah pemilik masa depan bangsa. Oleh karena itu, pemahaman terhadap Asta Cita dan seluruh agenda kebijakan pemerintah menjadi kunci agar mahasiswa dapat berpartisipasi secara kritis dan konstruktif,” ujar Ahmad Sarifah dalam sambutannya.
Setelah pembukaan, sesi pemaparan materi dimulai dengan menghadirkan tiga narasumber dari latar belakang berbeda.
Pemateri pertama, Prof. Dr. Mufti Makaarim A., konsultan Marapi Consulting & Advisory, membahas kondisi objektif kebijakan Asta Cita dan implikasinya terhadap pembangunan nasional. Ia menekankan bahwa program prioritas pemerintah harus dikawal melalui kajian akademik yang kuat dan partisipasi publik yang inklusif.
Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Dr. Abdul Jamil Wahab, M.Si., peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia mengulas peran riset dan inovasi dalam keberlanjutan pembangunan, terutama dalam memastikan bahwa agenda Asta Cita berjalan berbasis data dan kebutuhan masyarakat. Menurutnya, mahasiswa memiliki ruang luas untuk terlibat dalam riset kebijakan yang berdampak langsung pada publik.
Pemateri ketiga, Gus Azhar Bahfie, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Persatuan Mahasiswa Pecinta Tanah Air Indonesia (PMP) DKI Jakarta, menyoroti pentingnya aktivisme mahasiswa dan peran organisasi kepemudaan dalam menjaga semangat nasionalisme di era digital. Ia menekankan bahwa keterlibatan mahasiswa tidak boleh berhenti pada kritik, tetapi harus diwujudkan dalam aksi nyata dan kolaborasi lintas komunitas.
Di bagian akhir, Salsabila Ismanita, Ketua DEMA Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, turut memberikan tanggapan sebagai panelis mahasiswa. Ia menyoroti perlunya ruang dialog yang lebih besar bagi mahasiswa untuk menyampaikan pandangan mereka terhadap kebijakan negara.
Acara Diskusi Politik ala Gen Z ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi generasi muda untuk semakin sadar politik, berpikir kritis, dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa. (AGUNG)



