Bogor, Suarabuana.com_
Jum’at 7 November 2025 (07/11/2025) Balai Desa Bantarsari dipenuhi pelaku UMKM yang datang dengan antusias sejak pagi hari. Mereka berkumpul untuk mengikuti pelatihan kreativitas dan inovasi yang menjadi bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) Vokasi Universitas Indonesia. Sesi ini berfokus pada pendampingan pemasaran kreatif, khususnya bagaimana pelaku usaha dapat membangun cerita yang kuat sebagai identitas merek mereka di ranah digital.
Pelatihan ini dibuka dengan sebuah pertanyaan sederhana. Mengapa produk yang sudah ditata rapi, bersih, dan memiliki banyak pilihan tetap saja tidak cepat laku? Analogy tentang etalase roti menjadi pintu masuk untuk memahami bahwa konsumen membeli bukan hanya barang, tetapi juga makna dan pengalaman yang menyertainya.
Dari titik itu peserta mulai memahami bahwa storytelling bukan sekedar teknik menjual, melainkan cara membangun koneksi dan kepercayaan. Mereka diajak melihat bahwa sebuah cerita yang otentik jauh lebih mudah diingat dibandingkan data atau deskripsi yang hanya berisi informasi kering. Cerita mampu memicu emosi dan membuat orang merasa lebih dekat dengan produk yang ditawarkan.
Materi kemudian berkembang ke contoh nyata dari berbagai merek lokal yang sukses menggunakan storytelling. Wardah dengan narasi pemberdayaan perempuan Indonesia, Sari Roti dengan kehangatan keluarga dan nostalgia, serta Kopi Kenangan yang menghadirkan momen-momen sederhana namun emosional. Melalui contoh ini, peserta melihat bahwa kekuatan merek sering tumbuh dari cerita sehari-hari yang dekat dengan kehidupan banyak orang.
Bagian utama pelatihan berfokus pada kerangka C-E-R-I-T-A, sebuah langkah-langkah sederhana untuk membangun narasi yang mudah dipahami dan relevan. Dimulai dari context atau alasan usaha itu hadir. Dilanjutkan dengan Emosi yang mampu membuat orang merasakan sesuatu. Kemudian Relate, yaitu bagaimana cerita dapat melekat karena kedekatannya dengan kehidupan konsumen. Setelah itu insight yang menjelaskan bagaimana produk menjadi jawaban atas masalah yang dirasakan. Transformasi menekankan perubahan yang terjadi setelah produk digunakan. Terakhir adalah Ajakan yang disampaikan secara halus tanpa kesan memaksa.
Sesi ini tidak hanya berupa pemaparan satu arah. Terdapat sesi interaktif di mana para pelaku UMLM diberikan kesempatan untuk menganalisa cerita dari usaha mereka sendiri. Beberapa peserta aktif berbagi pengalaman mengenai bagaimana mereka bisanya mempromosikan produk, tantangan yang dihadapi, serta perubahan pendekatan yang ingin mereka coba setelah memahami konsep storytelling. Peserta yang berani menjawab pertanyaan atau berbagi pengalaman mendapatkan hadiah merchandise Universitas Indonesia sebagai bentuk apresiasi, sehingga suasana menjadi lebih hangat dan antusias.
Pelatihan berlanjut dengan materi tentang bagaimana cerita dapat dibawa ke dunia digital. Peserta diperkenalkan pada karakter audiens fi berbagai platform, mulai dari instagram yang menuntut visual rapi dan konten yang menginspirasi, TikTok yang lebih spontan dan mengutamakan hiburan cepat, hingga platform toko daring yang membutuhkan cerita berbasis bukti dan kepercayaan.
Dengan memahami pola tiap platform, peserta belajar bahwa satu cerita dapat dikemas dalam bentuk berbeda sesuai audiensnya. Pendekatan ini membuat proses pemasaran digital lebih mudah diterapkan bagi pelaku UMKM yang baru mulai aktif berpromosi secara online.
Untuk memperjelas praktiknya, fasilitator menunjukkan dua contoh caption. Yang pertama adalah gaya promosi datar yang hanya menyebutkan rasa, harga, dan diskon. Yang kedua adalah narasi tentang resep turun-temurin yang melalui ratusan kali percobaan hingga akhirnya menemukan rasa yang pas. Perbandingan ini membuka mata peserta bahwa cerita tidak membutuhkan kalimat rumit. Yang terpenting adalah kejujuran dan kehangatan makna yang ingin disampaikan.
Di akhir kegiatan, peserta diminta menuliskan pemahaman yang mereka dapatkan dan bagaimana mereka berencana menerapkanya dalam usaha masing-masing. Beberapa ingin memperbaiki cara mereka membuat konten, beberapa lain bertekad lebih konsisten membangun identitas merek, dan sebagian mengaku baru memahami bahwa cerita sederhana pun bisa menjadi kekuatan utama dalam pemasaran.
Pelatihan yang berlangsung selama satu hari ini meninggalkan kesan positif bagi para pelaku UMKM Bantarsari. Mereka tidak hanya belajar teknik pemasaran, tetapi juga menemukan cara baru untuk melihat usaha mereka sendiri. Melalui cerita, setiap produk ternyata dapat memiliki ruh yang memberi nilai lebih.
Program ini menunjukkan bahwa pendampingan kreatif yang sederhana dapat membantu UMKM desa menemukan cara yang lebih efektif dan manusiawi dalam menjangkau konsumennya, terutama di era digital yang penuh persaingan visual seperti sekarang. (AGUNG)



