Depok, Suarabuana.com – Berbicara tentang PPDB online itu sudah bukan hal baru. Sebab, di era Pandemi Covid-19 sistem PPDB sudah mutlak menggunakan teknologi informasi.
PPDB online semestinya menjadi gate peradaban membangun pendidikan. Tapi yang jadi persoalan adalah aturan atau mekanisme perubahan dari tahun ke tahun.
Aksi protes terkait carut marutnya penyelenggaraan Penerimaan Siswa Didik Baru (PPDB) 2022 tingkat SMA di Kota Depok terus terjadi.
Pasalnya, indikasi kuat ’permainan uang’ saat proses seleksi PPDB sejak pendaftaran jalur zonasi, afirmasi, penugasan orang tua hingga jalur prestasi sangat kasat mata terlihat. Lantaran siswa berprestasi akademik yang seharusnya diterima berdasarkan nilai raport malah terpental.
Hal ini terkonfirmasi saat SUARABUANA.com ikut mendampingi Hersong aktifis yang akan mengantarkan surat demo ke KCD 2 Provinsi Jawabarat. Aktifis Hersong diterima langsung oleh Chendra Siswandi salah satu pejabat KCD di kantornya Jl. Pangeran Sogiri No.249, RT.05/RW.03, Tanah Baru, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Jum’at (12/8/2022). Agar membatalkan aksinya Chendra coba redam Hersong, dia diajak bicara agar tidak jadi demo, pejabat KCD tersebut menawarkan Hersong untuk jadi kordinator PPDB 2023.
” Sudah abang tidak usah demo kita bersinergi aja nanti abang saya tunjuk jadi kordinator di Kota Depok, abang saya kasih Quota 150 siswa,” ujar Chendra.
Hal ini ditolak oleh Hersong,” itu melanggar, kedepan saya maunya urusan pendidikan cleer tidak ada lagi siswa lewat jalur offline. Hari ini saya datang karena dari awal ada jalur offline dan saya mau mempertanyakan gimana cara bisa masuk jalur offline,” ucap Hersong.
Rupanya janji menjadi kordinator PPDB 2023 bukan ke aktivis Hersong saja. Chendra juga menjanjikan ke beberapa elemen lain. Salah satu elemen juga dijanjikan untuk jadi kordinator PPDB 2023 dan akan diberikan Quota 300 siswa. Ini sungguh miris.(fal)
