Jakarta, Suarabuana.com_
Front Persatuan Nahdliyyin (FPN) melalui Koordinator Nasionalnya, Dzulfahmi, menyatakan dukungan penuh terhadap keputusan Dewan Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang meminta Ketua Umum PBNU untuk mengundurkan diri dalam waktu tiga hari. Langkah tersebut dinilai sebagai sinyal tegas bahwa proses pembenahan internal di tubuh NU sudah tidak bisa lagi ditunda.
Dzulfahmi menegaskan bahwa keputusan Syuriyah adalah tindakan yang berorientasi pada kemaslahatan organisasi dan bukan tindakan politis.
“Ketika penjaga nilai tertinggi di PBNU sudah bersuara, itu berarti NU berada di titik yang membutuhkan keberanian moral. Keputusan Syuriyah harus kita dukung sepenuhnya,” ujarnya.
FPN Soroti Catatan Merah di Internal PBNU
Front Persatuan Nahdliyyin menilai bahwa kondisi PBNU beberapa waktu terakhir menunjukkan banyak catatan yang membebani citra dan integritas organisasi. Dzulfahmi menyampaikan dua poin utama yang menambah kekhawatiran publik:
Tidak adanya sikap tegas PBNU terhadap konflik internal PWI,
yang melibatkan banyak kader NU.
“Jika di internal warganya sendiri organisasi tidak bisa hadir memberi arah, hal itu memunculkan pertanyaan tentang kapasitas PBNU dalam mengawal isu-isu strategis lainnya,” tegasnya.
Kurangnya ketegasan dalam merespons perkara hukum yang menjerat keluarga dekat Ketua Umum PBNU.
Meski bukan kasus organisasi, publik tetap mengaitkannya dengan PBNU dan menilai responsnya tidak cukup transparan.
“PBNU harusnya bisa mengambil jarak dan menunjukkan sikap yang jelas agar marwah organisasi tidak ikut terbawa,” kata Dzulfahmi.
Keputusan Syuriyah Adalah Momentum Koreksi Besar
Dzulfahmi menilai bahwa langkah Dewan Syuriyah PBNU merupakan bentuk keberanian moral yang wajib diapresiasi.
“Ini bukan sekadar keputusan administratif. Ini alarm keras bahwa NU membutuhkan pembenahan menyeluruh. Dan Syuriyah telah mengambil langkah pertama yang paling berat,” ujarnya.
Menurut FPN, keputusan Syuriyah dapat menjadi pintu masuk bagi konsolidasi, penataan ulang tata kelola, serta pemulihan marwah organisasi agar PBNU kembali menjadi rujukan moral umat.
Utamakan Kemaslahatan, Bukan Kepentingan Personal.
Menutup pernyataannya, Dzulfahmi menegaskan bahwa FPN berdiri bersama Dewan Syuriyah.
“Keputusan ini harus dipahami sebagai upaya mengembalikan NU ke relnya. Bukan persoalan pribadi, bukan konflik jabatan. Ini tentang kemaslahatan NU dan masa depannya.”
Ia menambahkan bahwa perbaikan hanya akan tercapai jika seluruh pihak menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu atau kelompok. (AGUNG)



