BerandaBogorAksi Bergizi Cegah Stunting, Pelajar di Kecamatan Jonggol Lakukan...

Aksi Bergizi Cegah Stunting, Pelajar di Kecamatan Jonggol Lakukan Skrining Anemia

Aksi Bergizi Cegah Stunting, Pelajar di Kecamatan Jonggol Lakukan Skrining Anemia

Bogor, SUARABUANA.com – Program skrining anemia pada remaja putri (Rematri) dilakukan oleh Puskesmas Sukanegara untuk mencegah stunting dalam Aksi Bergizi. Kegiatan ini dibarengi dengan pemberian edukasi gizi dan Penyakit Tidak Menular (PTM). Skrining anemia dilakukan di SMP dan SMA wilayah kerja Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

 

Program skrining anemia dibuat berdasarkan hasil keputusan tiga kementerian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama. Program ini akhirnya menjadi kegiatan kolaborasi antara gizi dan pelayanan kesehatan masyarakat remaja disetiap tahun ajaran baru. Pelajar perempuan kelas 7 SMP dan kelas 10 SMA menjadi sasaran utama. Tujuannya untuk mendeteksi dini anemia pada remaja putri dengan mengukur nilai hemoglobin (Hb) yang berada di bawah normal atau di bawah 12.

 

Skrining anemia dinilai penting untuk dilakukan. Pasalnya, remaja putri mengalami menstruasi dan cukup kehilangan darah. Secara tidak langsung dapat mempengaruhi konsentrasi dan proses belajar siswi di sekolah. Hal ini juga diungkapkan oleh Chairunisa Pertiwi, Petugas puskesmas bidang Austrem, “Kadar Hb yang rendah akan mempengaruhi proses belajar. Remaja putri juga rentan mengalami 5L: Lelah, Letih, Lemah, Lesu, dan Lunglai saat tidak diimbangi dengan gizi yang baik”.

 

Sebelum penjaringan kesehatan dari kepala sampai kaki, para siswa diarahkan untuk berolahraga dan sarapan bersama. Kegiatan dilanjut dengan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, dan pemeriksaan Hb. Para siswi juga diberikan tablet tambah darah dan penyuluhan tentang pencegahan anemia. Setelah itu, siswi secara bersama-sama mengisi aplikasi Ceria untuk memantau pengonsumsian tablet tambah darah.

 

Hasil skrining yang diikuti oleh siswi selama bulan Februari cukup mengejutkan. Perawat Chairunisa mengatakan 65,3% atau 32 dari 49 siswi SMA terkena anemia dan 54,41% atau 74 dari 139 siswi SMP terkena anemia. Intervensi di bawah pengawasan tenaga medis akan diberikan bagi siswi yang terkena anemia.

 

Nutrisionis Puskesmas Sukanegara, Dwi Handayani menambahkan kaitan skrining anemia dengan pencegahan stunting berhubungan panjang. Hal ini dikarenakan sistem gizi berjalan seperti tabungan. Stunting merupakan tumpukan masalah gizi yang terjadi secara kronis, sehingga bukan masalah yang terjadi karena satu atau dua hari. Remaja putri yang mengalami anemia memiliki potensi mengalami anemia juga ketika hamil. Hal ini membuat perempuan hamil berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah.

“Pada saat ibunya hamil dan terkena anemia, ada risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bisa jadi prematur.  Ke depannya, jika berat bayi rendah atau prematur, otomatis ada risiko stunting yang lebih tinggi,” tuturnya pada Sabtu (04/03/2023).

 

Dwi Handayani lebih lanjut mengatakan tablet tambah darah berpotensi menurunkan anemia. Pembagian tablet tambah darah yang awalnya hanya dibagikan tanpa pemantauan lebih lanjut, kini mulai lebih diperhatikan. “Tahun 2021, remaja putri mulai terdeteksi anemia. Awalnya keputusan mengonsumsi atau tidaknya (tablet tambah darah) ada di tangan mereka. Akhirnya pada tahun 2022, pemerintah menggalakkan skrining anemia untuk pemantauan dan evaluasi putri dalam konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri,” jelasnya.

 

Chairunisa Pertiwi dan Dwi Handayani berharap melalui skrining anemia pada remaja putri di Kecamatan Jonggol dapat bebas anemia dan angka stunting dapat menurun. Petugas puskesmas akan terus memberikan edukasi kepada pelajar tentang anemia, tablet tambah darah, dan stunting disetiap kesempatan. Langkah lanjutan dengan kolaborasi pihak sekolah diharapkan dapat membantu pemantauan siswi mengonsumsi tablet tambah darah yang diberikan.

 

“Sementara ini, kolaborasi dengan pihak sekolah menjadi langkah lanjutan setelah melihat hasil skrining kemarin. Harapannya sekolah dapat menjadwalkan satu hari untuk minum tablet tambah darah bersama. Tidak perlu bersama kami, petugas puskesmas,” tutur perawat Nisa menutup pembicaraan. (Irmina Ayu)

 

 

 

 

suara buana
suara buanahttps://suarabuana.com/
https://suarabuana.com/