BerandaDaerahTak Cuma Hasil Tambang, Tapi Juga Hasil Bumi Dari...

Tak Cuma Hasil Tambang, Tapi Juga Hasil Bumi Dari Negeri Ini Pun Sulit Untuk Kita Nikmati

Tak Cuma Hasil Tambang, Tapi Juga Hasil Bumi Dari Negeri Ini Pun Sulit Untuk Kita Nikmati

Jakarta, SUARABUANA.com – Gerakan perlawanan budaya itu hanya mungkin dapat dilakukan dan sukses dengan disiplin diri serta kemauan yang kuat dan kerelaan berkorban untuk semua akibatnya yang harus pula diterima dengan lega lila.

Seperti untuk bebas dari ketergantungan pada minyak goreng misalnya yang dijadikan mainan oleh para mavia bersama sejumlah pejabat yang semakin tak bisa dipercaya mau melindungi kita sebagai rakyat, maka kita sendiri harus mengambil sikap misalnya dalam bentuk perlawanan budaya — untuk tidak tergantung pada minyak goreng dengan cara mengalihkan selera makan dengan memilih  menu ayam bakar, ikan pepes atau semacam telo rebus yang tidak lagi bertumpu pada minyak goreng, sehingga para mavia yang tamak dan rakus itu bisa lebih leluasa meraup semua jatah minyak goreng untuk konsunsi di dalam negeri, agar  mereka bisa mendapat keuntungan yang lebih berlipat ganda dari ekspor minyak goreng itu ke begeri orang.

Meski negeri kita menjadi penghasil minyak goreng terbesardi dunia, mungkin akan menjadi suatu keajaiban yang menakjubkan, bila warga masyarakat yang memiliki negeri produsen minyak goreng di dunia justru tidak untuk ikut menikmati hasil kekataan negeri kita ini.

Setidaknya dengan cara itu kita bisa menebus rasa malu pemerintah yang tidak sanggup mengayomi dan melindungi warga bangsa ini yang bisa menunjukkan kebesaran jiwanya untuk berkorban demi orang lain.

Sejumlah mavia minyak goreng toh sudah terkuak. Meski kuat diduga masih ada big boss yang disenbunyikan dibalik kedegilan dan keculasan prilaku mereka yang anasionalis itu, hanya demi dan untuk meraup keuntungan sendiri, baik secara ekonomi maupun politik atau bahkan keuntungan budaya seperti yang mereka harapkan.

Memang sungguh ironis negara setangguh Indonesia justru tidak mampu melindungi rasa aman dan nyaman segenap warga bangsa yang cuma ingin menikmati minyak goreng yang ditanam dari kebun dikampung sendiri itu, meski terap harus membeli, namun tetap dikalahkan oleh permintaan bangsa asing yang berani membayar dengan harga yang lebih mahal.

Kasus minyak goreng yang telah membuat kaum Ibu blingsatan di semua tempat dan daerah negeri kita untuk sekedar mendapatkan minyak goreng secukupnya buat keperluan rumah tangganya saja, mengapa harus menjadi persoalan yang terkesan naib dan aib.

Karena bagaimanapun, kisah tragis di era milineal sekarang ini akan menjadi catatan sejarah yang memalukan untuk menjadi kenangan buruk di masa mendatang. Lantaran kasus kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng justru di tengah kepungan kebun kelapa sawit terbesar di dunia, terkesan seperti untuk memenuhi keperluan para juragan, sementara warga masyarakat yang berkeringat dan bekerja keras mengelolanya tak bisa menikmati secara patut dan wajar.

Jadi jelas ada yang tidak beres dalam tata kelola kebun sawit hingga kemudian diolah menjadi minyak goreng — yang ditanam dan diolah di negeri kita ini– namun kita sendiri yang disebut-sebut sebagai pemilik tanah dan air — realitasnya tidak dapat ikut menikmatinya secara wajar dan patut seperti mereka yang lain.

Produk minyak goreng ini sebetulnya satu diantara sejumlah hasil bumi dari negeri kita yang juga tidak cukup leluasa untuk bisa dinikmati seperti pisang, nenas dan udang yang berasal dari Lampung misalnya, hanya untuk komoditas ekspor. Dan tidak  untuk konsumsi bagi anak negeri ini sendiri. Jadi bukan cuma hasil alam kita yang dikuras untuk dinikmati bangsa asing — minyak,

emas, gas alam, batu bara, nikel dan sebagainya — tapi juga hasil bumi dari negeri kita ini.

Sungguh tragis !. (JE)

suara buana
suara buanahttps://suarabuana.com/
https://suarabuana.com/